Aku sering heran dengan diriku sendiri
Aku patutu mentertawakannya
Aneh…sungguh aneh
Aku mempunyai jawaban sendiri
Bak angin deras menerpa wajah
Tak terlihat, tapi nyata
Bak air dalam genggaman
Kau takkan pernah bisa menjelaskan
titik yang mengalir di bawahnya
lihat matahari yang seakan bergerak mengitari bumi
tapi nyatanya teori berkata bumilah yang melakukannya
Minggu, 10 Mei 2009
GELAP MALAM YANG ANEH
Malam berlalu ditemani kesunyian hati
Langit gelap, hitam kelam
Angin deras rasanya mencabik-cabik kulit
Binatang-binatang malam bersahut-sahutan
Mendendangkan lagu kesedihan
Indah….tapi mencekam!
Merdu…tapi mengerikan!
Menggoyangkan tangan saja terasa berat
Lalu apa yang menjadi kendala?
Karma hati ikut kalut
Erangannya seakan terus bergema
Nyaring dan lantang
Sehingga jasad ini terus menggigil ketakutan
Aku ketakutan!
aku sendirian!
Malam gelap bak menerkam dari belakang
Terlalu dinikah?
Atau memang aku terlalu bodoh?
Lalu apa yang harus kuhindari?
Selintas kiri kananku
Depan belakangku…atas bawahku
Dan seluruh disekelilingku
Mereka ada!
Dan mereka di dekatku!
Lalu aku kemudian bertanya…
Siapakah mereka?
`
Langit gelap, hitam kelam
Angin deras rasanya mencabik-cabik kulit
Binatang-binatang malam bersahut-sahutan
Mendendangkan lagu kesedihan
Indah….tapi mencekam!
Merdu…tapi mengerikan!
Menggoyangkan tangan saja terasa berat
Lalu apa yang menjadi kendala?
Karma hati ikut kalut
Erangannya seakan terus bergema
Nyaring dan lantang
Sehingga jasad ini terus menggigil ketakutan
Aku ketakutan!
aku sendirian!
Malam gelap bak menerkam dari belakang
Terlalu dinikah?
Atau memang aku terlalu bodoh?
Lalu apa yang harus kuhindari?
Selintas kiri kananku
Depan belakangku…atas bawahku
Dan seluruh disekelilingku
Mereka ada!
Dan mereka di dekatku!
Lalu aku kemudian bertanya…
Siapakah mereka?
`
HAKIKAT CINTA
Kebanyakan manusia mabuk oleh cinta
Mereka mengatakan bahwa cinta adalah segalanya
Mereka mengejek orang yang tidak tahu menahu cinta
Cicipilah…maka kau akan mengetahui lezatnya, kata mereka
Bukan! Bukan mereka yang paling tahu cinta
Justru orang yang tidak tahu itu paling mengerti cinta
Mereka lebih mengetahui bentuk cinta sejati
Mereka bersabar menunggu cinta sejati
Untuk menuai pahala…bukan dosa
Cinta sejati memerlukan campur baur Tuhan
Karena cinta itu akan meminta pertanggung jawaban
Bukan hanya berkata sayang
Tetapi juga berkata ‘cinta ini karena Allah!’
Mereka mengatakan bahwa cinta adalah segalanya
Mereka mengejek orang yang tidak tahu menahu cinta
Cicipilah…maka kau akan mengetahui lezatnya, kata mereka
Bukan! Bukan mereka yang paling tahu cinta
Justru orang yang tidak tahu itu paling mengerti cinta
Mereka lebih mengetahui bentuk cinta sejati
Mereka bersabar menunggu cinta sejati
Untuk menuai pahala…bukan dosa
Cinta sejati memerlukan campur baur Tuhan
Karena cinta itu akan meminta pertanggung jawaban
Bukan hanya berkata sayang
Tetapi juga berkata ‘cinta ini karena Allah!’
DZIKRUL MAUT (2)
Tiada pun dari yang kau lihat akan kekal kecerian wajahnya. Tuhan kekal, sedang harta dan anak akan binasa. Sehari pun harta kekayaan Hurmuz tak membuatnya kekal. Kaum ‘Ad juga melakukan hal sama, tapi mereka tetap tidak kekal. Begitu pula Sulaiman manakala angin bergerak mendatanginya, manusia dan jin berdatangan kepadanya. Mana raja-raja yang para utusan dari segala penjuru mendatanginya, karena kemuliaanya.
Di sana terdapat telaga yang pasti didatangi, suatu hari ia pasti datang, dan mereka pun datang. Kita menjalani langkah yang telah ditentukan, langkah yang telah ditentukan bagi seseorang pasti dijalaninya. Rizki kita tidaklah sama, yang didatangi rizki, didatanginya rizki itu. Yang kematiannya ditetapkan di suatu tempat, ia takkan mati di lain tempat.
Jika suatu malam kau menjadi pengikut suatu kaum, ketahuilah bahwa kau akan dimintai pertanggung jawaban. Jika kau mengantar jenazah ke dalam kubur, ingatlah, bahwa sungguh kau pun akan diusung. Berbekallah dari dunia ini karena sesungguhnya kau tak tahu bila malam telah tiba, apakah kau akan hidup sampai fajar? Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya, padahal roh mereka telah digenggam pada malam lailatul qadar, betapa banyak anak kecil yang sehat mati tanpa sakit. betapa banyak yang sakit malah hidup lebih lama. Betapa banyak anak kecil diharapkan panjang umur, tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan kubur. Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore, padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya. Berapa banyak orang yang ikhlas, dan lakukanlah selalu amal baik, semoga kau beroleh ganjaran dan pahala. Tetaplah takwa kepada Allah.`
Di sana terdapat telaga yang pasti didatangi, suatu hari ia pasti datang, dan mereka pun datang. Kita menjalani langkah yang telah ditentukan, langkah yang telah ditentukan bagi seseorang pasti dijalaninya. Rizki kita tidaklah sama, yang didatangi rizki, didatanginya rizki itu. Yang kematiannya ditetapkan di suatu tempat, ia takkan mati di lain tempat.
Jika suatu malam kau menjadi pengikut suatu kaum, ketahuilah bahwa kau akan dimintai pertanggung jawaban. Jika kau mengantar jenazah ke dalam kubur, ingatlah, bahwa sungguh kau pun akan diusung. Berbekallah dari dunia ini karena sesungguhnya kau tak tahu bila malam telah tiba, apakah kau akan hidup sampai fajar? Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya, padahal roh mereka telah digenggam pada malam lailatul qadar, betapa banyak anak kecil yang sehat mati tanpa sakit. betapa banyak yang sakit malah hidup lebih lama. Betapa banyak anak kecil diharapkan panjang umur, tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan kubur. Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore, padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya. Berapa banyak orang yang ikhlas, dan lakukanlah selalu amal baik, semoga kau beroleh ganjaran dan pahala. Tetaplah takwa kepada Allah.`
DZIKRUL MAUT
Wahai orang yang tertipu, renungkanlah kematian beserta sekarat, kesulitan, dan kepahitannya. Sesungguhnya maut adalah janji yang paling jujur, dan hakim yang paling adil. Cukupilah maut menakutkan hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok-kelompok, menghancurkan kelezatan dan kenikmatan hidup, serta memutuskan angan-angan dan harapan.
Apakah kau merenungkan, hai anak Adam, hari kejatuhanmu dan perpindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saat temanmu menghianatimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu ke dalam belahan bumi, lalu mereka menutupimu dengan tanah?
Hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah! Kau tak memiliki harta lagi kecuali kafan yang menempel di badan, bahkan kafan itupun akan hancur dan binasa dan jasadmu akan menjadi lemah.
Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu. Ketika itu, seseorang berkata, “sungguh si Fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “sungguh si Fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tidak dapat berbicara dengan saudara-saudarannya.” Kau mendengar, tapi kau tak mampu menjawab, bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat akan dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluargamu dan tetanggamu jadi takut padamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu, orang yang memandikanmu berkata, “mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Mana istrinya? Suamimu telah tiada! Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya.
Wahai orang yang tertipu! Kenapa kau bermain, kau membuat angan-angan, padahal kematianmu amat dekat. Kau tahu, ambisi adalah lautan yang tak bertepi, yang perahunya adalah dunia, maka berhati-hatilah agar kau tak binasa. Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepat dan kau yakin rasanya tak enak. Seakan kau telah berwasiat dan kau lihat anak-anak yatim dan ibu mereka menangis, mereka dilanda kesedihan kemudian mereka mencakar wajah sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab. Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu, lalu tanah ditimbun ke tubuhmu. Air mata pun tumpah berderai
Apakah kau merenungkan, hai anak Adam, hari kejatuhanmu dan perpindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saat temanmu menghianatimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu ke dalam belahan bumi, lalu mereka menutupimu dengan tanah?
Hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah! Kau tak memiliki harta lagi kecuali kafan yang menempel di badan, bahkan kafan itupun akan hancur dan binasa dan jasadmu akan menjadi lemah.
Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu. Ketika itu, seseorang berkata, “sungguh si Fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “sungguh si Fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tidak dapat berbicara dengan saudara-saudarannya.” Kau mendengar, tapi kau tak mampu menjawab, bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat akan dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluargamu dan tetanggamu jadi takut padamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu, orang yang memandikanmu berkata, “mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Mana istrinya? Suamimu telah tiada! Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya.
Wahai orang yang tertipu! Kenapa kau bermain, kau membuat angan-angan, padahal kematianmu amat dekat. Kau tahu, ambisi adalah lautan yang tak bertepi, yang perahunya adalah dunia, maka berhati-hatilah agar kau tak binasa. Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepat dan kau yakin rasanya tak enak. Seakan kau telah berwasiat dan kau lihat anak-anak yatim dan ibu mereka menangis, mereka dilanda kesedihan kemudian mereka mencakar wajah sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab. Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu, lalu tanah ditimbun ke tubuhmu. Air mata pun tumpah berderai
BALADA ALAM
Aku tidak tahu
Apakah ini nyata atau Cuma maya
Langit mendung melukiskan diri hancur berkeping-keping
Hujan deras menusuk sukma tak henti
Bahkan angin pun turut mentertawakanku
Aku tidak tahu
Diri ini masih ada yang memiliki atau tidak
Sungguh pikiranku hampa
Sehampa sosok mayat busuk, bahkan lebih
Semuanya terasa buram
Bilakan pertemuanku dengan-Mu akan datang?
Apakah ini nyata atau Cuma maya
Langit mendung melukiskan diri hancur berkeping-keping
Hujan deras menusuk sukma tak henti
Bahkan angin pun turut mentertawakanku
Aku tidak tahu
Diri ini masih ada yang memiliki atau tidak
Sungguh pikiranku hampa
Sehampa sosok mayat busuk, bahkan lebih
Semuanya terasa buram
Bilakan pertemuanku dengan-Mu akan datang?
RINTIHAN SANG PEMIMPIN
Puisi ini saya buat ketika saya menjadi ketua OSDA (Organisasi Santri Darul Hijrah). Banyak orang mengatakan bahwa dengan jabatan yang saya miliki pada saat itu, saya telah menjadi orang yang sangat berkuasa, bisa mengatur orang, bisa berbuat sesuka hati. Ah! Sebenarnya saya malas melayani orang-orang picik yang beranggapan seperti itu. Mereka hanya melihat dari satu sisi tanpa mengindahkan sisi yang seharusnya menjadi batu loncatan bagi saya untuk maju. Tidakkah mereka menyadari bahwa dengan mendapatkan suatu jabatan, artinya kita mendapatkan amanah dari para tetua (sekolah/pondok), dan tentunya dari sang Maha Pencipta? Semoga Allah merahmati segelintir pemimpin yang telah menjalankan amanatnya dengan hati yang tulus dan niat yang benar.
Ya Rahman!
Hamba-Mu ini memang sangat lemah
Betapa tidak kuasanya aku menahan
Pandangan sinis dari orang-orang
Semua memandangku seakan akulah orang yang paling bersalah
Semua memandangku seakan akulah orang yang paling berdosa
Paling hina
Paling kotor
Apa salahku?
Semua yang kulakukan tulus kuniatkan demi pondok ini
Tak ada niatan untuk menyulitkan, memberatkan, apalagi menyiksa
Sungguh! Kuterangkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah
Sekarang kutanya kepada seluruh orang…
Di mana letak kesalahanku? Di mana?
Apakah caraku yang salah?
Kalau ya, tolong jelaskan padaku!
Setiap manusia tak luput dari kesalahan
Begitu juga aku
Jikalau kuberitahukan kepada mereka
‘aku kuat, aku siap dibenci orang, aku sudah siap!
Asalkan keadilan terus dijalankan’
Dibalik itu semua
Aku menangis di dalam hati
Aku berteriak di dalam sanubari
Karena aku dijauhi
Seandainya mereka paham dengan kesepianku
Sudah pasti mereka akan ikut menangis
Sulitnya kedudukanku sekarang
Adalah terjal yang harus kulewati
Berjuang untuk kebenaran
Tiada jalan yang mulus untuk menggapainya
Aku yakin dengan apa yang kuyakini sekarang
Seandainya seribu mengatakan bahwa yang salah itu benar
Maka akulah orang yang akan mengatakan bahwa yang benar itu benar
Ingat! Aku tidak sendiri!
Walaupun semua orang membenciku
Karena aku mengatakan yang benar itu benar
Cukup Allah menjadi tempatku berlindung
Ya Rahman!
Hamba-Mu ini memang sangat lemah
Betapa tidak kuasanya aku menahan
Pandangan sinis dari orang-orang
Semua memandangku seakan akulah orang yang paling bersalah
Semua memandangku seakan akulah orang yang paling berdosa
Paling hina
Paling kotor
Apa salahku?
Semua yang kulakukan tulus kuniatkan demi pondok ini
Tak ada niatan untuk menyulitkan, memberatkan, apalagi menyiksa
Sungguh! Kuterangkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah
Sekarang kutanya kepada seluruh orang…
Di mana letak kesalahanku? Di mana?
Apakah caraku yang salah?
Kalau ya, tolong jelaskan padaku!
Setiap manusia tak luput dari kesalahan
Begitu juga aku
Jikalau kuberitahukan kepada mereka
‘aku kuat, aku siap dibenci orang, aku sudah siap!
Asalkan keadilan terus dijalankan’
Dibalik itu semua
Aku menangis di dalam hati
Aku berteriak di dalam sanubari
Karena aku dijauhi
Seandainya mereka paham dengan kesepianku
Sudah pasti mereka akan ikut menangis
Sulitnya kedudukanku sekarang
Adalah terjal yang harus kulewati
Berjuang untuk kebenaran
Tiada jalan yang mulus untuk menggapainya
Aku yakin dengan apa yang kuyakini sekarang
Seandainya seribu mengatakan bahwa yang salah itu benar
Maka akulah orang yang akan mengatakan bahwa yang benar itu benar
Ingat! Aku tidak sendiri!
Walaupun semua orang membenciku
Karena aku mengatakan yang benar itu benar
Cukup Allah menjadi tempatku berlindung
Langganan:
Postingan (Atom)