Wahai orang yang tertipu, renungkanlah kematian beserta sekarat, kesulitan, dan kepahitannya. Sesungguhnya maut adalah janji yang paling jujur, dan hakim yang paling adil. Cukupilah maut menakutkan hati, membuat mata menangis, memisahkan kelompok-kelompok, menghancurkan kelezatan dan kenikmatan hidup, serta memutuskan angan-angan dan harapan.
Apakah kau merenungkan, hai anak Adam, hari kejatuhanmu dan perpindahanmu dari tempat tinggalmu, saat kau pindah dari keluasan menuju kesempitan, saat temanmu menghianatimu, saat saudaramu meninggalkanmu, saat kau dipindahkan dari tempat tidur dan selimutmu ke dalam belahan bumi, lalu mereka menutupimu dengan tanah?
Hai penumpuk harta dan penghimpun gedung, demi Allah! Kau tak memiliki harta lagi kecuali kafan yang menempel di badan, bahkan kafan itupun akan hancur dan binasa dan jasadmu akan menjadi lemah.
Bayangkanlah, wahai orang yang tertipu, saat sakaratul maut mendatangimu, saat jeritan dan kesulitan maut menjemputmu. Ketika itu, seseorang berkata, “sungguh si Fulan telah berwasiat, hartanya sudah dihitung.” Yang lain berkata, “sungguh si Fulan lidahnya berat. Ia tak lagi mengenal tetangganya dan tidak dapat berbicara dengan saudara-saudarannya.” Kau mendengar, tapi kau tak mampu menjawab, bayangkanlah dirimu, hai anak Adam, saat diangkat dari tempat tidurmu ke dipan tempat akan dimandikan, lalu kau dimandikan dan dikafani. Keluargamu dan tetanggamu jadi takut padamu. Para kawan dan handai taulan menangisimu, orang yang memandikanmu berkata, “mana anak-anaknya yang kini menjadi yatim? Mana istrinya? Suamimu telah tiada! Kalian ditinggalkan oleh ayah kalian dan kalian takkan melihatnya lagi setelah hari ini untuk selamanya.
Wahai orang yang tertipu! Kenapa kau bermain, kau membuat angan-angan, padahal kematianmu amat dekat. Kau tahu, ambisi adalah lautan yang tak bertepi, yang perahunya adalah dunia, maka berhati-hatilah agar kau tak binasa. Kau tahu, maut membinasakanmu dengan cepat dan kau yakin rasanya tak enak. Seakan kau telah berwasiat dan kau lihat anak-anak yatim dan ibu mereka menangis, mereka dilanda kesedihan kemudian mereka mencakar wajah sehingga terlihat oleh laki-laki setelah sebelumnya terhijab. Orang yang membawa kafan itu bergerak ke arahmu, lalu tanah ditimbun ke tubuhmu. Air mata pun tumpah berderai
Minggu, 10 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar