Rabu, 29 April 2009

TUHAN TIDAK MENANYAKAN ITU

• Tuhan tidak akan bertanya jenis mobil yang kau kendarai, tapi akan bertanya berapa banyak orang miskin yang kau beri tumpangan.
• Tuhan tidak akan bertanya berapa m² luas rumahmu, tapi akan bertanya berapa banyak orang yang kau muliakan di dalamnya.
• Tuhan tidak akan bertanya tentang pakaian-pakaian indah yang ada di dalam lemarimu, tapi akan bertanya berapa banyak pakaian-pakaian itu telah membantu orang yang membutuhkan.
• Tuhan tidak akan bertanya apa jabatanmu, tapi akan bertanya apakah kau melakukan pekerjaanmu dengan baik sesuai kemampuanmu.
• Tuhan tidak akan bertanya apa yang kau lakukan untuk dirimu sendiri, tapi akan bertanya apa yang kau lakukan untuk semua.
• Tuhan tidak akan bertanya tentang banyaknya teman yang kau miliki, tapi akan bertanya tentang berapa banyak orang yang menganggapmu teman sejati.
• Tuhan tidak akan bertanya tentang yang kau lakukan untuk melindungi hak-hakmu, tapi akn bertanya tentang yang kau lakukan untuk melindungi hak-hak orang lain.
• Tuhan tidak akan bertanya di lingkungan mana kau tinggal, tapi akan bertanya tentang perlakuanmu terhadap tetangga di lingkunganmu.
• Tuhan tidak akan bertanya tentang warna kulitmu, tapi bertanya tentang budi pekertimu.

Minggu, 26 April 2009

MENDUNG


Oh mendung yang telah reda
Menyiram bumi yang sudah tua renta
Sekenanya menyegarkan
Hanya sesaat
Karena rusak keindahan itu sudah tiba
Oleh siapapun yang tak menyadari ri’ilnya
Padahal indah itu telah pergi
Oh mendung yang telah reda
Kemana menghadapkan dada
Bila semua arah kebeningan telah hilang
Dari pandangan imajinasi
Yang ada sekarang
Hanya kepenatan hati
Menatap bumi yang rusak keindahannya
Oleh tangan-tangan yang katanya perkasa
Oh mendung yang telah reda
Kaupun menatap pilu
Sadar akan tibanya kehancuran
Sebentar lagi
Tak lama lagi


by :METAFORA

WAKTU HANYALAH WAKTU [ -cerpen- ]

“Nama saya Ion”, jawab lelaki yang duduk di samping kursinya. Fandi menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kepadanya. Lelaki itu membalasnya. “Kalau Mas siapa namanya?” Tanyanya balik. Fandi yakin kalau lelaki yang mengaku namanya Ion ini lebih tua darinya.

“Nama saya Fandi,”jawabku singkat.

“Dari mana?” Tanyanya lagi.

“Saya? Rumah di sini?”

“bukan bukan, kota asalnya,”

“Oh….saya dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kalau Mas?”

“Saya dari Lombok.” Dari awal Fandi memang sudah dapat menerka kalau orang yang di sampingnya ini pasti bukan orang Jawa. Dari logat bicaranya yang agak kaku, keras, dan tegas ketika bicara itulah yang membuat Fandi berpikir demikian.

“Mas Ion…..” Pembicaraan Fandi terhenti sejenak ketika seorang kernet perempuan mengulurkan tiket Bas di hadapan. Kernet perempuan? Bukan laki-laki? Yah, hal tersebut memang sudah lumrah di Brunei. Bahkan hampir semua Bas, kernetnya seorang perempuan.

Setelah membayar 1 ringgit Brunei, Fandi kembali meneruskan pembicaraannya yang sempat terhenti. Dilihatnya pun Ion sudah membayar tiket Bas.

“Mas sudah lama di sini?” Tanya Fandi.

“Baru 1 tahun. Kalau kita?”Fandi tertawa kecil mendengar pertanyaan tersebut.

“Kalau Mas baru 1 tahun, saya baru 1 bulan kurang 1 minggu.” Ion menggelengkan kepalanya seraya menyunggingkan senyumannya.

“Visit?”

“Iya.” Keadaan hening sejenak, berganti suara deru bas yang ingin berangkat meninggalkan stasiun bas. Menyisiri jalanan perlahan-lahan.

“Mau ke mana Mas?” Fandi terus menanya.

“Saya mau ke kedutaan Indonesia,” jawabnya tenang.

“Oh ya! Sama dong! Saya juga mau ke sana!” Fandi senang sekali ketika tahu kalau Ion juga mau ke kedutaan Indonesia. Terus terang ini adalah kali pertama Fandi pergi ke kedutaan. Maklum, belum lama di Brunei, belum berpengalaman.

“Kamu lihat tidak orang-orang yang naik Bas ini?”Fandi menolehkan kepalanya ke belakang karena waktu itu mereka memang duduk di kursi paling depan.

“Emangnya kenapa Mas?”

“Hampir semua orang yang ada di bas ini orang Indonesia. Dan saya rasa mereka juga mau ke kedutaan,” jelas Ion. Fandi menoleh lagi ke belakang.

“Begitu ya Mas?” Fandi kurang yakin dengan pernyataan Ion. Ion menganggukkan kepalanya untuk meyakinkannya.

“hampir semua orang Indonesia yang naik Bas ini tujuannya pasti ke kedutaan. Sekarang Fandi mengangguk-angguk pertanda paham.

“Saya kira tadi cuma saya dan Mas Ion saja yang mau pergi ke sana. he he, maklum Mas, ini pertama kalinya saya pergi ke kedutaan pakai bas. Wajar kalau tidak tahu. wah, saya harus banyak belajar nih sama Mas Ion.”

“Ah biasa aja.”

“Ngomong-ngomong Mas kerja apa?” Tanyaku lagi.

“Saya kerja bangunan.”

* * *

Ahmad Riadi! Ahmad Riadi! Ahmad Riadi! Fandi terus mengulang nama itu. tujuannya ke kedutaan sebenarnya memang bukan untuk urusan pribadi. Melainkan karena ayahnya yang menyuruh untuk mengambilkan paspor kawannya yang baru saja dibuat di kedutaan Indonesia. Ahmad Riadi! Itulah nama kawan abahnya. Ia takut kalau-kalau ia lupa dengan nama itu ketika dipanggil. Makanya ia terus mengulangnya. Ion juga sedang menunggu panggilan. Dan kebetulan juga saat itu dia juga sedang mengambilkan paspor kepunyaan temannya. Sesaat Ion dan Fandi saling pandang. Ion mengacungkan jempolnya seraya tersenyum kepada Fandi.

Ahmad Riadi!” Seorang petugas kedutaan meneriakkan nama dengan lantang. fandi segera maju ke depan. Petugas tersebut memandang fandi tajam.”Kamu Ahmad Riadi?”

“Bukan. Saya Cuma mengambilkan. Itu punya kepunyaan teman Ayah saya,”terang Fandi. Petugas mengalihkan pandangan ke paspor yang ada di tangannya.

“Fhotonya mana?” Tannyanya sambil menghadapkan paspor yang ada di tangannya ke muka Fandi.

“Fhoto?” Fandi menjadi bingung.

“Iya! Fhotonya! Sudah dikumpul?”

“Aduh! Saya tidak tahu masalah itu Pak. Saya cuma disuruh oleh Ayah saya untuk mengambilkannya,”jelas Fandi.

“Dik! Paspor ini tidak bisa disahkan kalau tidak ada photonya,”ucap petugas itu. Fandi menjadi semakin bingung.

“Jadi gimana ini Pak?” Tanya Fandi lagi.

“Ambil saja dulu fhotonya,”suruh petugas itu.

“yah…Pak. Saya kan rumahnya jauh, masa saya harus balik lagi?”

“Itu kan urusan kamu! Mubarak!” petugas itu memanggil nama berikutnya dan tidak lagi menghiraukan Fandi. Fandi bingung. Sepertinya ia harus menghubungi abahnya. Ion mendatangi Fandi.

Ada apa?” Tanyanya penasaran.

“Nggak, hanya sedikit masalah. Ini nih Mas, fhotonya tidak ada,”Fandi menjelaskan.

“Oh…..!”

“Ion Samat!” Petugas yang lain memanggil nama seseorang.

“Ah! Itu namaku! Aku ke sana dulu ya!” Fandi mengiyakan Ion bergegas ke sana. fandi mengambil HP-nya dan segera menghubungi abahnya.

“Assalamualaikum!”

“Wa’alaikumussalam. Bagaimana?” Tanya abahnya.

Bah, tadi petugasnya mencari fhotonya Mas Ahmad Riadi.”

“Emang fhotonya tidak ada?”

“Tidak ada….”

“Astaghfirullah! Masa tidak ada”

“iya! Memang tidak ada kok!”Fandi meyakinkan abahnya. Abahnya diam sejenak.

“Jadi gimana nih, Bah?” Masih diam.

“Lain kali saja. Kamu pulang saja. Biar Abah saja nanti yang mengurusnya,”ucap abahnya.Fandi sedikit kecewa dengan jawaban itu. Tapi mau apa lagi. “Ada yang lain?” Tanya Abahnya lagi.

“Tidak ada.”

“Itu saja Fandi ya. Assalamu’alaikum!”

“Wa’alaikumussalam!” Hp ditutup. Tak beberapa lama kemudian, Ion keluar sambil membawa paspor.

“sudah Mas?” Tanya Fandi segera. Ion mengibaskan paspornya sambil tersenyum.

“Sudah,” jawabnya.” Eh, gimana ceritanya paspor itu?”

“Tadi saya sudah tanya sama Abah saya, katanya nanti saja diurus.” Jawab Fandi perlahan.

“Jadi?”

“Kita balik….”

* * *

Bas melaju cepat, seakan mengejar sesuatu. Sang driver yang mempunyai kumis tebal itu menatap para penumpangnya satu-persatu dari cermin yang ada di atas bas dengan wajah dingin. Dan tidak diragukan lagi kalau sang driver itu berkebangsaan India!

“Saya dari keluarga tidak berkepunyaan, Fandi. sekolah pun saya hanya bisa sampai SD, tidak lebih dari itu.” Ion memulai ceritanya. Fandi terus menyimaknya.”Saya tidak punya keahlian khusus. Hanya fisik yang saya andalkan. Makanya saya cuma bisa menjadi kuli bangunan. Tapi saya sudah sangat bersyukur dengan keadaan ini. Walaupun saya cuma kuli bangunan, saya bisa menghidupi anak istri saya.” Fandi tersendak.

“Jadi Mas sudah kawin?” potong Fandi. Ion mengiyakannya.

“Iya, saya sudah punya istri. Dulu saya kawin muda lho.” Ion menyenggol tangan Fandi.”Tapi kalau saya boleh usul, lebih baik kamu jangan kawin muda deh.”

Tapi si Mas?” Fandi merasa aneh dengan pernyataan yang bertolak belakang tersebut.

“Kalau saya lain ceritanya.” Ion memandang langit-langit bas. Ia menghembuskan nafas dalam-dalam.”saya juga sebenarnya tidak ingin kawin muda. Justru yang ingin kawin muda itu adalah istri saya.”

“Lho?” Air muka Fandi berubah menjadi bingung.

“Istri saya yang ingin cepat-cepat kawin. Padahal saat itu dia baru berumur 16 tahun, dan saya…..saya 18 tahun. Wah! Pasangan sangat muda! “kami memang sudah lama pacaran. Saya kenal dia waktu masih sekolah SD. Dia 2 tahun di bawah saya. Saya sudah dekat dengannya pada saat saya duduk di kelas 6 dan dia masih duduk di kelas 4. yah…hanya dekat, tidak lebih dari itu. tidak ada cinta-cintaan. Kan masih anak kecil.” Ion tertawa. Fandi pun jadi tertawa juga.”kedekatan kami terus berlanjut hingga 4 tahun lamanya. Maklum, kami sama-sama berhenti sekolah, jadi seperti ada ikatan batin yang tumbuh daripadanya. Seiring berjalannya waktu, bunga-bunga cinta merekah di hati saya. Akhirnya pada saat umur saya 16 tahun, saya menyatakan cinta saya kepadanya. alhamdulillah, gayung bersambut, ternyata dia juga suka dengan saya. Kurang lebih 2 tahun kami pacaran.

Kehidupan semakin sulit, mau cari makan pun susah. Saya memang sudah punya pekerjaan, tapi itu hasilnya tidak sebanding dengan pengeluaran. Jauh, sangat jauh.

Di sana saya juga bekerja menjadi kuli, Fandi. Kamu tahu kan betapa sulitnya mencari duit di Indonesia, apalagi jika hanya menjadi seorang pekerja kasar. Kebetulan pada saat itu ada kawan saya yang menawarkan saya untuk sama-sama pergi ke Brunei untuk bekerja. Katanya sih gaji di sini lumayan walaupun hanya menjadi seorang kuli. Usut punya usut, saya memusyawarahkan hal ini dengan ayah saya yang juga satu profesi dengan saya, seorang kuli. Beliau sebenarnya keberatan dengan keputusan yang ingin saya ambil, karena jika saya pergi, maka ayah saya akan hidup sendirian. Ayah saya memang hanya hidup bersama saya. Ibu saya telah meninggal. Keluarga yang lain? Tak tahu.....kata ayah saya sih, kami memang tidak punya keluarga lagi.

Saya sudah bulat dengan pilihan saya, pergi ke Brunei! Apalagi saya sudah menjual beberapa barang berharga yang saya miliki seperti sepeda motor, radio, TV dan yang lainnya. Mau tak mau saya harus melaksanakan keputusan saya ini. Akhirnya ayahnya saya mau melepaskan saya walaupun dengan berat hati.”Fandi terus mendengarkannya.

“Tidak bosan mendengar cerita saya kan?” Tanya Ion kepada Fandi.

“Siapa yang bosan? Teruskan aja Mas! pengalaman Mas saya rasa nanti akan berguna untuk saya.”

“Iya…..juga sebagai nasehat untuk kamu supaya nanti tidak salah dalam mengambil keputusan. Sebagai kaca perbandingan gitu.” Ion membetulkan posisi duduknya.

“Permasalahan belum selesai. Si Anita menentang keras keputusan saya……”

“Tunggu dulu Mas! Anita? Siapa Anita?” Potong Fandi tiba-tiba.

“Oh, saya lupa memberitahukannya. Itu nama istri saya.”

“Oh….”

“saya teruskan?”

“iya iya! Silahkan!”

“Jadi ceritanya pada waktu itu Anita tidak mau saya tinggalkan. Bahkan dia menangis ketika mendengar saya mau pergi ke sini. Saya juga tidak tega, tapi mau apalagi. Saya pun sudah meyakinkannya kalau saya akan kembali 2 atau 3 tahun mendatang. Dan saya berjanji, dengan uang yang saya miliki nanti, saya akan melamarnya. Tapi dia tak mau hal itu. saya menjadi semakin sedih. Saya bingung. Apa yang harus saya lakukan.

“Cinta berat nih ye!” Fandi menyelutuk. Ion tertawa mendengar hal tersebut.

“Kau benar, Anita memang tiada duanya. Saya sangat mencintainya. Entah kenapa pada saat itu, saya begitu yakin kepada cintanya. Sehingga ketika saya mengambil keputusan ini, tidak ada rasa takut sama sekali kehilangan Anita, karena saya yakin Anita akan terus menunggu saya.

Tapi saya terkejut ketika dia meminta saya untuk segera menikahinya sebelum bertolak ke Brunei. Gila bukan! Tahu tidak apa yang saya rasakan pada saat itu?” Ion bertanya kepada Fandi.

“Pasti senang! Iya kan?” Ion menggelengkan kepalanya lambat seraya tersenyum.

“Kamu salah, saya malah ketakutan ketika mendengar hal tersebut.” Fandi ternganga pas seperti lubang tengah di kue donat yang ingin dimakan anak kecil yang ada kursi penumpang di seberang Ion.

“Kenapa jadi ketakutan Mas?”

“Pastilah saya jadi ketakutan! Bayangkan! Saat itu saya tidak punya apa-apa lagi kecuali duit yang pastinya akan saya pakai untuk pergi ke Brunei. Terus, dia pun tahu saya akan pergi ke Brunei, apa itu tidak dipikirkannya? Pokoknya saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya saat itu.

“Mas, itu namanya dia tidak mau kehilangan Mas,” sela Fandi.

“Iya iya, saya juga tahu itu. tapi keputusan itu terlalu ekstrem untuk dilakukan.”

“Lalu? Bagaimana kelanjutannya?”

“Saya menanyakan kepadanya apakah dia sudah yakin dengan keputusan itu. apalagi saya dan dia masih muda. Tapi dia sepertinya mantap dengan keinginannya tersebut.

Eh……saya kira awalnya dia sudah disetujui oleh keluarganya. Ternyata tidak. Dia hanya mengambil keputusan sendiri. Tidak tanya sana-sini dulu.

“Aneh juga istri Mas itu ya….,” Fandi memberikan tanggapan.

“aduh! Dari awal saya bercerita tentang istri saya, kamu baru merasakan keanehan tersebut saat ini?”

“Iya!” Jawab Fandi santai. Ion memukul jidadnya.

“ya udahlah! Saya lanjutkan! Anita terus meyakinkan saya. Saya pun menjadi terharu dengannya. Akhirnya saya mengambil keputusan baru, menikah sebelum pergi ke Brunei!”

“Wow! Hebat ini si Mas!” Potong Fandi.

“Nanti dulu! Ini ceritanya belum selesai. Akhirnya saya melamar Anita. Ayah saya sudah menyerahkan segala keputusan ke tangan saya. Jadi tidak ada masalah dari pihak saya. Yang jadi masalah adalah dari pihak ayah ibu Anita. Mereka menentang keras keputusan ini. Mereka berpendapat perkawinan ini sangat mustahil dan perkawinan ini tidak mungkin berhasil. Tapi Anita angkat bicara dan meyakinkan orang tuanya untuk memberi kesempatan kepada saya. Saya hampir menangis mendengar pernyataannya itu. sehingga saya bertekad di dalam hati saya agar membahagiakan Anita apabila perkawinan ini benar-benar terjadi.

Orang tuanya mengintrogasi saya. Apakah saya betul-betul atau hanya main-main, lalu bagaimana saya akan memberikan nafkah lahir dan batin, dan seabrek pertanyaan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan di sini. Saya jawab apa adanya. Yang pastinya saya punya cinta yang tak akan bisa dinilai dengan segunung emas sekalipun.

Akhirnya mereka menyetujuinya walaupun masih menyimpan segudang pertanyaan. Mereka memberi kesempatan kepada saya.

“Sekarang istri Mas di mana?” Tanya Fandi.

Ada, di Lombok, bersama anaknya.”

“Sudah berapa anaknya Mas?”

“Baru satu, umurnya pun baru 1 tahun, dan…..saya……sampai saat ini belum melihat langsung anak saya itu.”

“Betul Mas?”

“Betul!

“Sampai saat ini?”

“Iya! Saya meninggalkan Anita setelah 1 bulan usia pernikahan. Dan tak disangka saat itu dia sudah hamil. Sebetulnya berat juga meninggalkannya. Tapi ini memang keputusan sejak awal, menikah sebelum pergi ke Brunei. Menikahnya sudah, pergi ke Bruneinya belum.

“Lalu? Istri Mas kan lagi hamil?”

“perlu engkau ketahui, Fandi. yang menyuruh saya habis-habisan pergi ke Brunei pada saat itu justru istri saya.”

“Aneh…..”

“Iya! memang aneh! Tapi bukan berarti dia gila!” Ion dan Fandi tertawa berbarengan.”Pokoknya istri saya tidak ada duanya. Dia menjadi motivasi saya untuk terus bekerja keras di sini.” Fandi melihat jam yang ada di tangannya. Tak terasa sudah 35 menit berlalu. Stasiun bas pun sudah dekat.

“Perjuangan Mas memang sungguh berat.” Fandi memberikan komentar.

“Makanya kalau mau sukses, belajar yang rajin. Kalau perlu sekolah yang tinggi. Supaya bisa membahagiakan orang tua, istri, dan anak. Kamu kan masih muda. Masih banyak waktu. Sedangkan saya…..yah…..walaupun masih muda juga, tapi saya tidak mempunyai waktu lagi untuk memikirkan sekolah, tidak samasekali. Perhatian saya saat ini sepenuhnya tertuju kepada anak istri saya.

Itulah Fandi, benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa kebanyakan keinginan untuk menimba ilmu pada seseorang itu akan putus jika dia sudah kawin. Padahal terus terang, Di, saya juga merasa rugi tidak sekolah. Tapi inilah takdir. Intinya dari kehidupan ini kan Cuma mencari cara bagaimana kita bisa masuk surga, menurutku sih hanya itu. walaupun dengan jalan yang berbeda-beda. Itu tak jadi masalah.”

Ion berdiri dari tempat duduknya.”Fandi! sebentar lagi sampai! Itu stasiun basnya sudah kelihatan!”

“Ah! Iya!” Fandi sedikit terkejut karena dari tadi dia masih merenungkan nasehat yang diberikan Ion kepadanya.

Setibanya di stasiun bas, kami saling menjabat tangan.

“Senang bertemu dengan Mas,” kata Fandi.

“Saya pun senang bertemu dengan kamu, semoga pengalaman yang saya miliki ini berguna untuk kamu.”

“Pasti berguna!” Jawab Fandi mantap

“Jika ada umur, semoga kita bisa bertemu lagi. Jikapun tidak di dunia, insya Allah kita bisa bertemu di surga-Nya.”

“Asal jangan ketemunya di neraka, Mas. he he,” celutuk Fandi.

“Ah! Kamu ini bisa aja! Oke! Ketemu lagi! Assalamu’alaikum!

“Wa’alaikumussalam!


by : METAFORA

JERUJUT CINTAKU


Manakala senja menjelujuri cinta
Dihiasi bintang yang terus memberikan terangnya
Maka insan menumbuh rasa
Cinta yang timbul
Semakin terasa jikalau rasa
Karena tuhanlah mereka ada
Tuhan yang menumbuhkan cinta
Jerujut celah-celah keinsanian
Melumrahkan hal-hal yang ada
Hanya dasarkan pada dia
Sang cintanya cinta
Maka teruslah….
Kembangkan….
Cinta hanya karena tuhan

by : METAFORA

HIDUPKU UNTUK HIDUPKU NANTI



Hidup……

Memandang jauh menelusuri sungai-sungai kehidupan

Masih…..masih jauh…..

Tak tergapai……

Bahkan mata batin pun tak sanggup menujunya

Hidup…..

Inilah hidup kata orang

Inilah kita sekarang kata orang

Inilah yang di maksud kata orang

Bukan…..bukan…..

Ini hanya jalan untuk menuju ke sana

Menggapai hidup

Hidup…..

Yang maha hidup…..berikan kehidupan

Kita hidup untuk hidup

Kita hidup untuk yang maha hidup

Dan kita hidup untuk cinta yang memberikan kehidupan

Kehidupan yang kita jalani bukanlah akhir

Kehidupan di sana jauh lebih hidup


by : METAFORA

kenapa aku bangga menjadi orang INDONESIA?


-Letusan Gunung Terdahsyat di dunia. Gunung Tambora yang terletak di Pulau Sumbawa meletus bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan terbesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000-12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.

-Indonesia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 130 di antaranya termasuk gunung berapi aktif. Sebagian dari gunung berapi terletak di dasar laut dan tidak terlihat dari permukaan laut. Indonesia merupakan tempat pertemuan 2 rangkaian gunung berapi aktif (Ring of Fire). Terdapat puluhan patahan aktif di wilayah Indonesia.

-RI merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau (termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni) . Disini ada 3 dari 6 pulau terbesar didunia, yaitu : Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia dgn luas 539.460 km2), Sumatera (473.606 km2) dan Papua (421.981 km2).

-Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.

-Pulau Jawa adalah pulau terpadat di dunia dimana sekitar 60% hampir penduduk Indonesia (sekitar 130 jt jiwa) tinggal di pulau yang luasnya hanya 7% dari seluruh wilayah RI.

-Pulau Bungin di Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa NTB, merupakan pulau kecil buatan terpadat didunia melebihi kepadatan pulau Jawa dengan kepadatan 36000 jiwa/km2 sedangkan kepadatan pulau jawa hanya sekitar 813 jiwa/km2 atau kepadatan pulau Bungin sama dengan 44 kali kepadatan pulau Jawa. Pulau yang hanya seluas 8 hektar ini mempunyai jumlah penduduk sebanyak 2.800 Jiwa.

-Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku.

-Negara dengan bahasa daerah yang terbanyak, yaitu, 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia walaupun bahasa daerah dengan jumlah pemakai terbanyak di Indonesia adalah bahasa Jawa.

-Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia sekitar 216 juta jiwa atau 88% dari penduduk Indonesia. Juga memiliki jumlah masjid terbanyak dan Negara asal jamaah haji terbesar di dunia.

-Monumen Budha (candi) terbesar di dunia adalah Candi Borobudur di Jawa Tengah dengan tinggi 42 meter (10 tingkat) dan panjang relief lebih dari 1 km. Diperkirakan dibuat selama 40 tahun oleh Dinasti Syailendra pada masa kerajaan Mataram Kuno (750-850).

-Tempat ditemukannya manusia purba tertua di dunia, yaitu : Pithecanthropus Erectus" yang diperkirakan berasal dari 1,8 juta tahun yang lalu.

-Republik Indonesia adalah Negara pertama yang lahir sesudah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. RI merupakan Negara ke 70 tertua di dunia..

Indonesia adalah Negara pertama (hingga kini satu-satunya) yang pernah keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tgl 7 Januari 1965. RI bergabung kembali ke dalam PBB pada tahun 1966.

-Tim bulutangkis Indonesia adalah yang terbanyak merebut lambang supremasi bulutangkis pria, Thomas Cup, yaitu sebanyak 13 x (pertama kali th 1958 & terakhir 2002).

-Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua.

-Indonesia menempati peringkat 1 dalam produk pertanian, yaitu : cengkeh (cloves) & pala (nutmeg), serta no.2 dalam karet alam (Natural Rubber) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).

-Indonesia adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia.

-Terumbu Karang (Coral Reef) Indonesia adalah yang terkaya (18% dari total dunia).

-Indonesia memiliki species ikan hiu terbanyak didunia yaitu 150 species.

-Biodiversity Anggrek terbeser didunia : 6 ribu jenis anggrek, mulai dari yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum Speciosum) sampai yang terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk Anggrek Hitam yang langka dan hanya terdapat di Papua.

-Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat ntuk mencegah pengikisan air laut / abrasi.

-Hewan langka Komodo hanya tersisa di Pulau komodo NTT yang merupakan spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang tubuhnya mencapai hingga 3,13 meter dan beratnya mencapai 165 kg.

-Rafflesia Arnoldi yang tumbuh di Sumatera adalah bunga terbesar di dunia. Ketika bunganya mekar, diameternya mencapai 1 meter.

-Memiliki primata terkecil di dunia , yaitu Tarsier Pygmy (Tarsius Pumilus) atau disebut juga Tarsier Gunung yang panjangnya hanya 10 cm. Hewan yang mirip monyet dan hidupnya diatas pohon ini terdapat di Sulawesi.

-Tempat ditemukannya ular terpanjang di dunia yaitu, Python Reticulates sepanjang 10 meter di Sulawesi.

-Ikan terkecil di dunia yang ditemukan baru-baru ini di rawa-rawa berlumpur Sumatera. Panjang 7,9 mm ketika dewasa atau kurang lebih sebesar nyamuk. Tubuh ikan ini transparan dan tidak mempunyai tulang kepala.

-Spa terbaik di dunia berada di pulau Bali, penghargaan SPA Terbaik didapat dari majalah Senses di Eropa. Sebanyak 60.000 pembacanya menyatakan Bali sebagai The Best Spa Destination in The World 2009.

-Indonesia menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak di dunia. Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah untuk semester pertama tahun 2009.

-Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan hasil produksi pada tahun 2006 mampu mencapai sebesar 16 juta ton pertahun. Bersama dengan Malaysia, Indonesia menguasai hampir 90% produksi minyak sawit dunia.

-Eksport nanas Lampung tahun 2008 menduduki peringkat dua terbesar di dunia

-Situs komunitas www.kaskus.us murni buatan Indonesia menempati peringkat teratas paling banyak dikunjungi dengan posisi ke-9 top site Indonesia berdasarkan peringkat Alexa (data 240409).

-Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan mendapat penghargaan Guinness World Records tahun 2005 setelah berhasil membatik kain sepanjang 1.200 meter persegi (setara 12.916 kaki) oleh 1.000 pembatik tulis berikut pewarnaannya dalam waktu satu hari.

-Satu dari 4 masjid kubah emas didunia terdapat di Indonesia.. Berikut nama dan tempat masjid kubah emas 1. Masjid Jame' Asr atau Masjid Bandar Seri Begawan di Brunei, 2. Masjid Al-Askari di Samarra, Irak, 3. Masjid Qubbah As Sakhrah / Dome of the Rock di Yerusalem, Palestina, 4. Masjid Dian Al Mahri di Depok, Indonesia.

-Indonesia sebagai negara dengan tingkat pertumbuhan pengguna facebook paling tinggi di asia tenggara. Pada tahun 2008, pengguna facebook di Indonesia tumbuh 645 persen mengalahkan China, India, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

-Berdasarkan www.internetworldst ats.com, pengguna internet di Indonesia tumbuh lebih 1.150,0% dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2008 saja total pengguna internet mencapai 25 juta dengan populasi 237.512.355 jiwa.

-Pasar tanah abang merupakan pusat penjualan tekstil dan pakaian terbesar di Asia Tenggara

Selasa, 21 April 2009

KELEBAT…..


Meresahkan!

Kulit semakit memburat

Wajah semakin memucat

Ketakutan semakin mencuat

Cemas semakin kuat

Apa yang harus kubuat

Hati tak bisa lagi memuat

Lidah tak bisa lagi menyilat

Perasaan tak bisa lagi mengikat

Jiwa tak bisa lagi menyekat

Perbuatan tak bisa lagi melekat

Beban tak bisa lagi diangkat

Kalat! Sungguh kalat!

Kolot! Benar-benar kolot!

Kalut! Tak dinafikan kalut!

kilat kilat kilat!

Babat habis babat!

Ah! Mana sempat!

Sebentar lagi mangkat!


by : METAFORA

Rasulullah makan nasi? -cerita di sekitar saya-

Tv menampilkan tayangan bersiri dari Negara ginseng, Korea. Aku, Pinong, Alai, dan idang duduk bersimpuh di hadapan hidangan makan malam sambil menyaksikan tayangan siuk tersebut. Relak, tak ada beban, malah dari tadi aku senyum-senyum sendiri saat mengamati tingkah laku adik-adikku ini.

Selesai membaca doa makan, kami pun menyantap hidangan yang sudah tersedia. Ada ayam masak habang (makanan khas banjar) yang konon mama (yang di sini) berusaha keras mempelajari masakan tersebut supaya dapat memanjakan lidahku (begitu pula abah) yang asli orang banjar, ada sayur kangkung, ada telur masak merah, ada buah zaitun, ada abon, dan lainnya. Betapa besar nikmat yang dilimpahkan Allah kepada kami semua.

Aku berkonsentrasi dengan apa yang kumakan. Tak banyak berbicara. Adik-adikku pun tak banyak bercakap. Mata mereka masih tersihir oleh tayangan TV pada saat itu. Tak selang beberapa lama, Aliah setengah berteriak memanggilku, “Bang, si Idang makan berantakan!” aku mengalihkan perhatianku kepada si Idang, sang objek pembicaraan, dan benarlah apa yang dikatakan Alai, nasi berhamburan di samping-samping bawah piringnya. Eh, yang dibicarakan malah cuek bebek. Dengan sikapnya, membuatku jadi geleng-geleng kepala. Alai semakin sebal dengan Idang. Pinong cuma menengok sebentar, lalu meneruskan makannya. Matanya pun kembali menjelajahi layar TV.

Setelah beberapa lama kudiamkan, aku pun mengambil tindakan. Aku berkata kepada Idang, “Idang…..,” ujarku lembut.”makan jangan macam tu. Tak baik! Nasi jadi banyak berhamburan di bawah piring.” Tanpa menolehku, dia memandangi nasi-nasi yang berjatuhan di bawah piringnya. Tak ada tindakan selanjutnya. Dia mendengarkan nasehatku, tapi sepertinya masih belum mengerti apa yang harus dia lakukan. Idang meneruskan makannya.

“Idang….., Rasulullah selalu makan makanannya dengan bersih tak bersisa. Karena ini menandakan kesyukuran Beliau terhadap apa yang diberikan oleh Tuhan. Kalau Idang makan macam tu, nasinya banyak terbuang, artinya Idang tidak bersyukur,” jelasku. Idang menghentikan makannya. Pelan-pelan dia mulai membersihkan nasi-nasi yang berjatuhan. Dikumpulkannya nasi-nasi tersebut di satu tempat. Lebih bersih dari yang tadi.

Pinong akhirnya tertarik dengan perbincangan yang berlangsung tadi. TV kehilangan satu penontonnya. Alai bersuka cita seakan-akan ia menang suatu perlombaan. Aku menambahkan lagi, “Idang…..Jika makan nanti, kalau bisa jangan berhamburan lagi ya! Karena dikatakan di dalam sekumpulan nasi yang kita makan, hanya ada satu yang ada berkahnya. Nah! Apakah Idang tahu kira-kira yang mana yang ada berkahnya?” tak ada jawaban. Sepertinya ada rasa bersalah menghinggapinya. Matanya liar memandangi nasi yang ada di depannya. Rupanya dia mencari nasi berkah yang kumaksud tadi.

“Makan dulu lah Dang! Intinya makan jangan berhamburan lagi ya! Supaya nasi yang beberkah tersebut Idang dapatkan,” ujarku. Keadaan kembali tenang. Kami melanjutkan acara makan. Tiba-tiba Pinong bertanya kepadaku,” Bang…..zaman dulu, Rasulullah makan nasi jua kah?”

Sungguh aku terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Aku sudah salah sangka dengan yang anak yang satu ini. kusangka dia acuh tak acuh dengan perbincangan yang telah berlangsung. Rupanya otaknya terus berputar memikirkan keterangan-keterangan yang yang kuberikan untuk Idang. Beberapa saat aku sempat terdiam, lebih tepatnya aku terkejut dengan pertanyaan yang tidak kubayangkan sebelumnya. Bahkan hati kecilku pun juga berkata,’iya juga ya! Masa Nabi makan nasi?’ begitu celotehnya.

Tapi betapa malunya aku jika tidak bisa menjawabnya. Maka kujawab sekenanya saja tapi meyakinkan.

“Begini Pinong, ini bukan berkenaan dengan nabi makan nasi atau tidak, tapi lebih kepada makanan yang berantakan dan berjatuhan, atau tentang bagaimana kita mensyukuri makanan yang diberikan Tuhan kepada kita.”

“Kata Abang tadi, di antara nasi-nasi yang kita makan, hanya ada satu yang ada berkahnya. Macam mana tu? Makanya saya tanya apa Rasulullah makan nasi juakah?” Dia kembali bertanya.

“Tentu semua orang telah mengetahui bahwa tidak ada nasi pada zaman Rasulullah, dan itu hingga masa sekarang, Pinong! Kenapa? Karena nasi bukanlah makanan pokok untuk daerah Timur Tengah tempat lahirnya rasulullah! Mereka makannya roti. Nah! Pada zaman Rasulullah pun makannya roti juga. Maksud abang tadi begini Pinong, kesyukuran! Ingat! Kesyukuran yang kita miliki! Nabi selalu menghabiskan makanan yang dimakannya. Oke! Kita misalkan di sini Beliau makan roti, dikatakan bahwa Beliau meyakini bahwa rempahan-rempahan roti pun bisa jadi adalah berkah dari satu bentuk roti, artinya mau tidak mau Beliau harus makan seluruh roti tanpa ada sisa jika mau mendapatkan berkah. Itulah yang Abang maksud! Jika itu diumpamakan adalah nasi, mungkin hanya salah satu dari nasi yang kita makan yang ada berkahnya,” jelasku panjang lebar. Tak tahu apakah keterangan yang kuberikan ini benar atau salah pada saat itu. Aku memang harus mengakui masih minimnya pengetahuanku.

“oh begitu ya….,” hanya itu tanggapannya. Jelas! Sangat jelas sekali ketidakpuasan akan keterangan yang kusampaikan padanya tadi. Masih ada yang mengganjal. Kurasa dia tidak mau menyulitkan abangnya yang juga saat itu kebingungan mencari jawaban.

Sikap kritis Ali memang suatu keistimewaan tersendiri yang dimilikinya. Dia selalu tidak menerima suatu pernyataan jika hal tersebut masih terasa mengganjal di hatinya. Dia tidak akan menerimanya mentah-mentah sebelum jelas di kepalanya.

Mungkin karena keterkejutanku akan pertanyaan tersebut, makanya jawabanku yang kusampaikan sangatlah tidak memuaskan. Namun beberapa hari setelahnya, aku kembali menjelaskan perihal tersebut. Dan aku baru menyadari ada yang salah dari keteranganku kepada Idang maupun kepadanya sebelumnya. Alhamdulillah, dia paham.

Anda pun mungkin sekarang sudah tahu jawabannya.

Kawan baik






























Nih perkenalin! Teman saya, namanya Syamsuddin. Asli orang arab. Ngambil master di UNISSA jurusan Usuluddin. Di sini pun kami sama-sama berjuang. Seperti saya, dia pun tidak mendapat jatah makan alias kupon makan (biasanya disediakan untuk international student), makanya kami sama-sama masak. Dia punya rice cooker, saya punya beras, nah! Masak deh!

Trus….perempuan-perempuan cantik itu? Oh! itu student JIS (Jerudong International School), setingkat SMA kalau di Indonesia. Kebanyakan yang sekolah di sana adalah anakorang asing yang bekerja di Brunei Darussalam, tapi ada juga lah yang asli orang Brunei.

Mereka berdua adalah dua kakak beradik yang datang ke acara pertemuan orang-orang Padang di UBD. Pertemuan orang-orang Padang? Apa hubungannya dengan mereka ya? Oh! ternyata Bapanya adalah Arab-Padang (kalau ibunya asli Padang), makanya mukanya seperti orang arab. Saya pun tersenyum sendiri ketika menanyakan nama mereka tapi dengan memakai bahasa arab, eh…malah tidak bisa jawab. Ternyata muka saja arab, bicara bahasa arab pun tak bisa!

Entah kenapa pada saat itu si Sammy (panggilan si Syamsuddin) minta diphotokan bersama mereka. katanya sih cantik. Ha ha! Ingat-ingat tu istri di rumah! Sudah punya istri masih suka liat perempuan lain, pantesnya tu orang untuk saya! Eits! Astaghfirullah! Udah! Yang penting dua anak cantik tersebut (saya lupa minta namanya) mau diphoto bersama. Pikir-pikir, daripada si Sammy enak sendiri, mendingan saya juga ikut photo. Makanya tuh, ada yang ikut nimbrung.

Tapi kalau dilihat-lihat, dua perempuan ini cantik juga ya.


KUTERBITKAN MATAHARIKU SENDIRI (1)

Kujajaki tanah asing ini. Hembusan angin bercampur serpihan debu menerpa wajahku yang pastinya terlihat sangat letih. Kutatapi mega awan yang beriringan mencari tempat yang paling tepat baginya menebarkan pesona alam. Brunei Darussalam! Sebuah Negara dengan sejuta janji ini telah menjadi tempat persinggahanku. Negara dengan kultur melayu islam beraja, Negara kecil namun melayani rakyatnya dengan penuh khidmat ini, begitu syahdu, damai, dan aman sentosa. Kadang aku berkhayal, akankah Negaraku bisa menjelma sepertinya? Ah! Suatu saat! Aku yakin suatu saat nanti negaraku tercinta pasti menjadi sebuah Negara seperti yang telah diimpikan segenap pahlawan nasional.
Sebenarnya aku pun tak tahu, apa yang aku inginkan dengan ketibaanku di sini. Semuanya masih berkelebat tak jelas di hadapanku. Ada yang berkata aku akan disekolahkan, ada yang berkata aku akan mengajar di sekolah, bahkan ada yang berkata aku akan menjadi seorang pembantu (Tenaga Kerja Indonesia). Kata-kata orang yang tak jelas, tidak bisa dijadikan patokan.
Aku tak bisa menafikan tutur hati kecilku menyatakan rasa rindu kepada bangku sekolah. Ya! Aku ingin sekali melanjutkan sekolahku. Aku tak ingin bekerja! Itu terlalu dini bagiku. Tapi jika memang keadaaan memaksaku untuk bekerja, aku tak bisa berbuat apa-apa. Apalah artinya diriku di hadapan Tuhan yang mempunyai kuasa atas makhluqnya yang lemah ini.
Akhirnya aku menyadari bahwa keinginan tersebut hanyalah angan belaka. Sangat amat tidak mungkin aku dapat melanjutkan sekolah, apalagi di negeri yang pastinya mempunyai pemasukan yang ketat bagi pelajarnya. Bahkan aku melihat sendiri betapa sulitnya masuk universitas di negeriku sendiri, Indonesia. Yang kupunya hanyalah sebuah ijazah aliyah dengan nilai yang pas-pasan, tak lebih dari itu.
Tapi apa yang diucapkan Abahku kepadaku membuat diriku terharu. Kamu harus sekolah Bagaimanapun caranya! Sungguh, inilah ucapan yang kunanti-nantikan. Tapi muncul sebuah pertanyaan baru, bagaimana caranya? Di sinilah Abahku menjadi sang motivator bagiku, beliau berkata bahwa tak ada yang tak mungkin.
Di sinilah perjuanganku dimulai. Kusingsing lengan tanganku untuk mendapatkan yang terbaik, walaupun kadang aku merasa risih dengan pemikiran orang-orang di kampungku, baik dari keluargaku maupun dari teman-temanku Mereka semua berpendapat bahwa aku sangat bahagia. Mereka kira aku mendapatkan semua itu semudah membalikkan tangan. Mereka mengira bahwa aku mendapatkannya secara instant. Seandainya mereka menjadi diriku, maka mungkin kebanyakan dari mereka yang akan menyerah dan balik ke kampung halaman. Namun aku telah membuktikan sesuatu yang tidak menjadi tidak mungkin. Kuterbitkan matahariku sendiri!

Senin, 20 April 2009

Pertolongan itu.....




Perempuan yang begitu syahdu itu adalah Hajjah Rosinah. Beliau adalah pengurus anak-anak international student. Saya masih ingat ketika saya menghadapi masalah pembayaran sebelum ikut exam, beliau adalah orang yang paling gigih membantu saya, walaupun sebenarnya beliau sudah tahu bahwa bayaran yang dikenakan kepada saya memang sudah tertera sangat jelas di buku petunjuk bagi the student of non-gruaduating program (pada saat itu saya masih the student of non-gruaduating program), namun beliau tidak ingin mengecewakan saya. Makanya beliau menghubungi bagian-bagian yang terkait untuk keringanan bayaran.
Walaupun pada akhirnya usaha beliau tersebut tidak berhasil, tapi saya tetap ikut exam (terpaksa deh bayar!), tapi saya tetap menghargai usaha beliau. Mungkin karena toleransi beliau yang begitu besar kepada orang lain menjadi alasan kenapa beliau dijadikan tempatnya mengadu para student non-Brunei.
Sedangkan laki-laki yang berada di sampingnya itu bernama Abdul Halim. Pada saat itu, dia sedang mengambil Master program Bahasa Melayu. S1-nya ngambil di USU (Universitas Sumatra Utara). Kalau bicara tentang Bang Halim (Saya sudah menganggap dia seperti saudara saya sendiri), maka saya seharusnya patut mengucapkan beribu terima kasih kepadanya, karena selain (tentunya) orang tua saya, maka orang yang paling berjasa dalam memasukkan saya ke university adalah dia.
Saya masih ingat ketika saya pertama kali datang ke UBD, saya tak tahu apa-apa. Dialah yang mengarahkan serta memberitahukan saya tentang apa yang harus saya lakukan. Dialah yang susah payah kesana kemari untuk membuat saya diterima di UBD. Saya tahu, dia tidak ingin saya pulang dengan tangan hampa. Kalau saya ingat masa-masa itu, mungkin air mata ini akan mengalir. Saya benar-benar terharu melihat kerja kerasnya!
Sampai sekarang pun dia masih membimbing saya. Ketika saya mempunyai masalah (khususnya masalah di kuliah), maka dialah orang yang pertama kali saya hubungi.
Bang Halim adalah sosok orang yang tidak suka melihat orang di sekitarnya susah. Dia suka menolong orang walaupun itu membuatnya menjadi susah sendiri. Satu hal yang saya suka darinya, dia tak pernah terlihat sedih! Seperti tak ada masalah di hari-hari yang dilaluinya! Sangat dan sangat ceria! Inilah kelebihan sosok yang murah senyum ini.
Bayangkan! Dia rela membagi jatah makannya (dia dapat kupon makan; beasiswa) kepada saya ketika dia tahu bahwa saya tak ada kupon makan. Dia membaginya hanya untuk orang yang baru dikenalnya dan tak tahu asal-usulnya. Tetapi itulah Bang Halim, ia tidak bisa melihat orang kesusahan.
Selain itu, Bang Halim adalah mahasiswa cemerlang Indonesia yang ada di UBD. Nilainya tidak pernah jatuh, selalu excellent! Otak encer! Ketika saat santai, mungkin orang akan menyangka dia adalah orang yang biasa saja, tapi jangan ditanya kalau dia sudah serius bicara, semua orang lewat sama dia! Calon master dilawan!
Semoga Allah mengabulkan seluruh doanya. Semoga dia menjadi calon pemimpin masa depan yang telah ditunggu oleh Negara kita Indonesia. Semoga dia menjadi orang yang sukses. amin